shadow

Wisata Air Terjun Coban Rondo

Wisata Air Terjun Coban RondoWarga Malang tidak mungkin asing dengan nama Coban Rondo. Air terjun ini terletak di desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Malang Jawa timur. Coban ini memiliki ketinggian 85 meter, dan berada di ketinggian 1.135 m dari permukaan air laut. Pada bagian atas coban ini terdapat air terjun kembar, bernama coban manten, yang menyatu menjadi coban dudo dan mengalir ke bawah menjadi coban rondo. Sumber air dari ketiga air terjun ini berada di atas coban manten, suatu dataran tanpa pohon satu biji pun di daerah kepundan. Perjalanan ke mata air ini membutuhkan perjuangan ekstra karena medan yang licin dan jarak yang lumayan jauh (3-4 km).

Air terjun Coban Rondo adalah salah satu alternatif tempat wisata apabila anda menginap di homestay batu malang selain wisata edukatif seperti batu night spectacular dan gunung panderman.

air terjun coban rondo adalah salah satu wisata yang di percaya mempunyai mistis dan mitos.

Legenda di balik penamaan air terjun ini sudah tersiar luas. Berawal dari sepasang pengantin baru bernama Dewi Anjarwati dan Raden Baron Kusumo yang ingin melakukan perjalanan ke Gunung Anjasmoro, konflik berawal ketika keinginan itu ditentang orangtua Dewi Anjarwati karena usia pernikahan mereka yang baru memasuki Selapan (36 hari dalam bahas jawa). Akan tetapi mereka bersikeras dan akhirnya bahaya pun ditemui di tengah jalan. Entah dari mana, muncullah Joko Lelono yang terpikat kecantikan Dewi Anjarwati. Perkelahian pun tak terelakkan. Raden baron Kusumo lantas memerintahkan punokawannya untuk menyembunyikan Dewi Anjarwati di sebuah coban (air terjun) dan di saat akhirnya pertarungannya dengan Joko Lelono berbuah kematian keduanya, tinggallah Dewi Anjarwati menjadi janda (rondo).Hingga akhirnya tempat persembunyian Dewi Anjarwati disebut sebagai Coban Rondo.

Mitos yang berkembang di tempat ini adalah jika datang ke tempat ini bersama kekasih, hubungan mereka akan kandas. Entah apakah kebenarannya dapat ditelusuri, akan tetapi yang jelas, pastilah mitos ini didasari dan terinspirasi dari kisah Dewi Anjarwati dan Raden Baron Kusumo. Meskipun hanya mitos, wacana ini pastilah terlintas di benak pengunjung dan bagi orang-orang yang percaya hal-hal mistis dan supranatural sebagai bahan pertimbangan ulang untuk plesir mengunjungi tempat ini.

Berkaitan dengan mitos dan hal-hal mistis, tiap tempat wisata pastilah memiliki pantangan sendiri. Dan tentu saja begitu pula dengan Coban Rondo. Larangan ini tidak tertulis dengan gamblang, akan tetapi masyarakat sekitar mematuhinya dengan rasa tunduk luar biasa karena kepercayaan mereka terhadap makhluk halus penunggu coban. Aturan-aturan dasar seperti dilarang berkata kotor, buang sampah sembarangan, buang air sembarangan, dan lain-lain bagai terpatri di benak masyarakat.

Tentu saja larangan memiliki hukuman bagi pelanggarnya, dan itulah yang terjadi pada teman saya. Di saat diselenggarakannya acara kampus di Coban Rondo, beberapa mahasiswa melanggar “aturan-aturan tak terlihat” itu. Dilaporkan bahwa mereka berlaku “tidak sopan” dengan buang air kecil sembarangan, teriak-teriak, dan berkata-kata kotor. Hukuman pun dijatuhkan dan mereka pun mengalami peristiwa supranatural seperti “diikuti” dan yang lebih parah kesurupan.

Exorcism pun harus dilakukan untuk menyadarkan mereka dan hal ini menjadi pengalaman tak terlupakan bagi mereka. Mereka mendapatkan pelajaran untuk menjaga kelakuan mereka dengan apa yang disebut masyarakat sebagai pengalaman supranatural.

Meski diselimuti oleh legenda, mitos, dan cerita-cerita “halus” Coban Rondo tetap memiliki pesona sendiri. Sebagai surga bagi pelancong dan turis yang akan terhanyut oleh sejuknya air dari air terjun janda Dewi Anjarwati.